Yogyakarta, dndsandyra.com – Jika ditanya arti sehat mental, kira-kira apa jawaban kita sebagai orangtua? Beberapa dari kita mungkin menjawab sehat mental artinya tidak sakit jiwa.
Menurut KBBI, definisi mental berhubungan dengan batin dan watak manusia. Mental yang sehat dapat diartikan sebagai kesejahteraan batin sehingga dapat menjalankan kehidupan lebih optimal dan membantu seseorang dalam mencari relasi.
Umumnya remaja mengalami masa transisi yang tidak mudah, pada masa tersebut terjadi perubahan yang dapat berisiko terhadap kesehatan mental.
Orangtua mengambil peran penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Salah satunya yaitu menyadari tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak sedang kesulitan mengatasi sesuatu dalam dirinya. Tanda tanda tersebut diantaranya:
- Merasa sedih dan menarik diri selama lebih dari 2 minggu
Anak berada di kamar terus, menolak ke kampus, menghindar bertemu teman atau anggota keluarga, sepanjang hari terlihat sedih dan murung. - Mencoba menyakiti diri sendiri atau berpikir untuk melakukan hal tersebut
Anak berbicara tentang keinginan menyakiti diri sendiri, mencoba memukul diri sendiri, menyayat kulit atau bahkan mencoba bunuh diri. - Sering merasa takut atau panik untuk alasan yang kurang jelas
Ketika sedang pergi bersama anak tiba-tiba merasa takut dan tidak nyaman lalu minta pulang padahal tidak ada situasi mengancam. - Sulit mengontrol emosi dan perilaku
Anak menjadi rentan, mudah tersinggung, mengungkapkan kemarahan berlebih pada sekitarnya (berbicara kasar bahkan membanting barang) padahal biasanya cukup tenang dan terkendali. - Mood berubah dalam waktu cepat (mood swing)
Sewaktu-waktu anak terlihat ceria, saat berikutnya murung dan menangis. Pergantian mood ini bisa saja karena hal yang terlihat sepele bagi orangtua. - Jam tidur kacau atau tidak pulas
Biasanya anak tidur pukul 11 malam, sudah beberapa waktu ini baru bisa tidur pukul 3 pagi. Selain itu, tidurnya kurang nyenyak sehingga tampak lemas dan kurang tidur.
Orangtua dapat melakukan beberapa hal bila menemukan tanda-tanda seperti di atas pada anak, antara lain:
- Mendengarkan dengan perhatian
Menjadi pendengar merupakan hal yang sulit. Orangtua cenderung mengoreksi atau membantah anak saat mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikiran kita. Cobalah untuk mendengarkan tanpa berkomentar Ketika anak sedang menyampaikan keluh kesahnya sehingga anak merasa bahwa orangtua memahami mereka. - Memberikan dukungan emosional
Orangtua dapat menunjukkan kasih saying dengan mendampingi anak dalam situasi sulit, memeluk saat mereka sedih, memberikan afirmasi positif, bersikap sabar dan perhatin. Anak dapat melihat bahwa orangtua memberikan dukungan kepada mereka. - Mencari informasi yang tepat
Penting sekali orangtua memperoleh informasi yang tepat tentang Kesehatan mental anak. Orangtua dapat mencari informasi dengan membaca buku, konsultasi dengan konselor kampus, atau langsung bertanya ke professional. - Melibatkan seluruh anggota keluarga
Tanggung jawab merawat anak memang ada pada orangtua, namun orangtua dapat meminta bantuan anggota keluarga lain untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak. - Meminta bantuan tenaga professional (psikolog, konselor atau psikiater)
Menemui psikolog merupakan hal yang perlu dilakukan jika isu kesehatan mental semakin serius. Mungkin anak enggan bercerita pada orangtua, di sisi lain orangtua memiliki keterbatasan menggali masalah anak yang sebenarnya. Psikolog atau konselor dapat membantu menguraikan kesulitan yang dihadapi anak dan menemukan alternatif penanganan psikologis yang tepat.
Memperhatikan kesehatan mental remaja sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Orangtua yang sadar dan peduli pada kesehatan mental akan menolong anak untuk keluar dari situasi sulit tersebut.
Dengan mental yang sehat, anak akan semakin sejahtera menjalankan peran di lingkungannya. Mereka akan memiliki relasi yang berkualitas dengan orangtua, teman dan tentu saja diri mereka sendiri.
Source : dndsandyra.com
Kontributor : Farhan Kamil
Editor : Haya Azzura Rasya