Ananda Nizon Fernando Salah Satu Siswa PAUD

Anomali Dunia Online pada Perkembangan Bahasa Anak

Surabaya, dndsandyra.com – Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan perkembangan anak, khususnya perkembangan bahasa.

Hampir setiap hari anak-anak dihadapkan dengan “benda mati” seperti notebook, tablet, dan smartphone yang menyebabkan perkembangan bahasa pada anak menjadi buruk.

Umumnya, masa kanak-kanak merupakan masa yang baik bagi anak untuk berinteraksi dengan teman-temannya dan terlibat dalam perilaku. Namun, sayangnya kondisi tersebut harus dibatasi semenjak pandemi covid, sehingga merubah semua kebiasaan termasuk cara interaksi dari lingkungan (riil) menjadi virtual.

Peralihan dari pembelajaran offline ke online tersebut menyebabkan banyak anak-anak yang kehilangan semangat belajar, konsentrasi yang buruk, serta kesulitan beradaptasi dengan lingkungan virtual, terutama dengan penggunaan alat komunikasi.

Gejolak yang sudah berlangsung selama 2 (dua) tahun tersebut, saat ini sudah berangsur membaik. Aktivitas yang semula dibatasi secara online, kini sudah dikembalikan menjadi offline lagi.

Hal ini menjadikan anak-anak bersemangat untuk belajar, bahkan ketika harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah, guru dan teman-temannya. Seperti pengamatan yang telah dilakukan selama 6 (enam) bulan terhadap ananda Nizon Fernando (4 tahun),  yang merupakan siswa sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Keterbatasan dalam berkomunikasi pada saat online dan setelah kembali offline

Dunia online membuat anak-anak khususnya penyandang disabilitas sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, setelah online mereka menjadi lebih pendiam dan sulit diajak bicara.

Setelah kembali offline, anak harus menyesuaikan diri untuk ceria dan mulai berbicara lagi. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat terjadinya regresi dari pembelajaran online ke pembelajaran offline.

Masalah tersebut merupakan hal yang wajar dan dapat terjadi pada semua anak. Ketidakseimbangan inilah yang disebut sebagai perilaku ‘bermasalah’ selama periode perkembangan keseimbangan dan ketidakseimbangan yang sering terjadi [1].

Masalah tumbuh kembang anak juga dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu masalah pertumbuhan, seperti masalah tinggi dan bentuk tubuh, dan masalah perkembangan, seperti masalah gerakan kasar, halus, masalah sosial, dan terutama masalah bahasa [2].  

Pandangan teori belajar berbahasa

Pandangan behavioristik menganggap bahwa bahasa adalah pertanyaan tentang tanggapan terhadap tiruan. Tokoh yang menganut paham behaviorisme ini adalah Skinner dan Bandura.

Skinner menuliskan sebuah buku berjudul “Perilaku Verbal” yang menjadi referensi bagi penganut aliran ini.

Teori ini menunjukkan bahwa berbicara dan memahami bahasa dengan rangsangan lingkungan dicapai melalui teori belajar yang disebut pengkondisian operan. Dengan demikian, Skinner percaya bahwa perliaku verbal adalah perilaku yang diinginkan dan perilaku yang memiliki konsekuensi.

Jika hasilnya berupa hadiah atau sesuatu yang menyenangkan, perilaku tersebut terus berlanjut dan potensi serta frekuensinya terus meningkat. Sebaliknya, hasilnya adalah hukuman yang terjadi.

Di sisi lain, menurut Bandura perkembangan bahasa dapat dikembangkan melalui peniruan atau peniruan orang lain. Bandura juga mengatakan bahwa anak belajar bahasa dengan meniru atau meniru model.

Artinya tidak perlu menyalin perbaikan orang lain. Dengan kata lain, perkembangan kemampuan bahasa dasar pada anak usia dini dicapai melalui percakapan dan interaksi antara anak dengan teman sebaya dan orang dewasa.

Tokoh penting lainnya adalah John B. Watson, yang mengusulkan teori pembelajaran manusia yang berfokus pada hubungan antara aspek-aspek perilaku linguistik yang diamati secara langsung dan pada hubungan antara rangsangan dan tanggapan terhadap lingkungan.

Teori ini mengklaim bahwa respons terhadap sesuatu terjadi hanya dengan adanya stimulus. Secara sederhana, ada reaksi karena ada aksi, ada efisiensi karena ada sebab, dan ada asap karena ada api [3].

Masa perkembangan dan pertumbuhan adalah masa yang sensitif bagi anak-anak. Masa peka ini merupakan penyempurnaan dari terminologi dari masa kritis tumbuh kembang anak Bruer (2001).

Bruer mengatakan ini adalah saat yang sensitif ketika suatu peristiwa, pengalaman, atau masalah dalam hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Tentu saja, peristiwa dan masalah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena salah satu prinsip tumbuh kembang anak adalah semua aspek perkembangan yang saling berkaitan [4].

Permasalahan pada perkembangan bicara, terutama pada anak yang memiliki keterlambatan, merupakan permasalahan yang cukup penting.

Masalah perkembangan bahasa sering dialami oleh anak-anak, terutama di bidang akademik. Masalah perkembangan bahasa secara tidak langsung mengganggu pembelajaran mengeja dan membaca. Membaca merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan anak untuk lulus sekolah [5].

Selain itu, anak dengan kesulitan berbicara dikaitkan dengan aspek sosial, terutama dalam interaksi sosial.

Membangun komunikasi yang baik pada saat online dan setelah kembali offline

Komunikasi yang baik selama pembelajaran media online dan setelah kembali ke mode offline merangsang hubungan yang berkelanjutan antara anak dan orang tua, dengan menggunakan pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya baik online maupun offline.

Penting untuk menggunakan pola asuh yang benar, karena cara orang tua membesarkan anaknya erat kaitannya dengan cara berpikir tentang diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain [6].

Sebagai individu yang memegang peranan penting dalam proses pengasuhan, orang tua tidak hanya perlu secara fisik mendukung dan memelihara tumbuh kembang anaknya, tetapi yang terpenting adalah mengembangkan ikatan emosional dan psikologis dengan anaknya [7].  

Untuk memaksimalkan kualitas pengasuhan yang baik, orang tua harus belajar untuk percaya pada kemampuan mereka. Jika orang tua menyadari kemampuan peran mereka, mereka dapat mencapai faktor kepuasan dan kegembiraan yang dipertahankan bahkan dalam kondisi lingkungan yang sulit.

Selain itu, juga dengan melakukan pendampingan, sosialisasi serta komunikasi dua arah, anak dapat lebih terbuka dan mau berinteraksi dengan orang tua, guru dan teman-temannya juga orang dewasa lainnya, baik pada saat online dan juga offline yang nantinya juga akan berdampak positif pada hubungan interaksi anak dengan dunia riil tentunya.

Dikarenakan sekarang sistem pembelajaran sudah kembali offline, orang tua dan guru harus saling mendukung untuk mengembalikan semangat anak agar anak dapat kembali berkomunikasi dan konsentrasi dengan baik seperti semula. Begitu pula hubungan komunikasi anak dengan teman-temannya dapat kembali terjalin dengan baik dan dapat bermain bersama-sama lagi.

Referensi

[1]D. E. Papalia, S. W. Olds dan R. D. Feldman, Human Development (Psikologi Perkembangan), Jakarta: Kencana, 2008.
[2]Z. Habib dan L. Hidayati, “Intervensi Psikologis Pada Pendidikan Anak Dengan Keterlambatan Bicara,” Madrasah, Vol. 5, No. 1, Juli-Desember 2012, pp. 76-93, 2012.
[3]I. Adriana, “Memahami Pola Perkembangan Bahasa Anak Dalam Konteks Pendidikan,” Tadris, Vol. 3, No. 1, Print ISSN 1907-672X, Online ISSN 2442-5494, pp. 106-120, 2008.
[4]S. Yusuf LN. dan A. J. Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
[5]J. C. Pearson, P. E. Nelson, S. Titsworth dan L. Harter, Human Communication, McGraw-Hill Companies, 2011.
[6]C. A. Martin dan K. K. Colbert, Parenting: A life span perspective, Mcgraw-Hill Book Company, 1997.
[7]R. A. Brooks, “Intelligence without representation,” Artificial Intelligence, Vol. 47, Issues 1–3, January 1991, pp. 139-159, 1991.

Source : dndsandyra.com
Kontributor : Devina Junita Sujaya *
Editor : Haya Azzura Rassya

* Kontributor merupakan mahasiswa Magister Sains, Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya (UBAYA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *