Bima, dndsandyra.com – Indonesia memang banyak memiliki berbagai tradisi yang unik dan menarik, dari dari prosesi pernikahan, pemakaman hingga penyambutan tamu. Kalau biasanya tamu dipernikahan disambut dengan tarian, bagaimana kalau dengan adu kepala ?
Jika tertarik dan penasaran seperti apa tradisi adu kepala, kita bisa provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di Desa Ntori, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima.
Adu Kepala atau dalam Bahasa Bima disebut Ntumbu. Sebenarnya tradisi Ntumbu telah ada sejak ratusan tahun lalu, yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat Bima. Tetapi tradisi Ntumbu mulai dikenal secara luas sejak zaman kerajaan berkembang dan populer di Istana Kesultanan Bima.
Tradisi ini juga dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah di Bima. Tetapi saat ini, Ntumbu menjadi acara penyambutan tamu di beberapa kegiatan seperti di acara pernikahan atau antar mahar pernikahan, penyambutan bupati, dan khitanan. Saat ini Ntumbu juga dijadikan sebagai bagian dari identitas budaya orang Bima atau Mbojo.
Ntumbu biasa dimainkan secara berpasangan oleh dua peserta, bisa juga dimainkan sekaligus oleh beberapa pasangan dalam waktu yang bersamaan. Tradisi Ntumbu ini dilakukan dengan cara membenturkan kepalanya pada kepala lawan secara bergantian.
Dalam pelaksanaan ritual ini, sebelum bertanding adu kepala, salah seorang yang tertua akan memberikan air doa dan mantera-mantera kepada seluruh anggota pemain.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, mantera tersebut merupakan ilmu kebal, sehingga ketika beradu kepala tidak merasakan sakit dan cidera akibat benturan kepala itu.
Sebelum Ntumbu dilakukan, para peserta akan duduk bersimpuh dan memegang tanah ditempatnya berpijak untuk memberi hormat. Selain itu, penghormatan ini merupakan salah satu bentuk kepasrahan yang dapat memberikan dorongan moral bagi para peserta.
Tradisi Mpa’a Ntumbu ini juga akan diiringi oleh alunan musik tradisonal Bima yang berasal dari gendang, serunai, gong, dan tawa-tawa. Ketika musik sudah dimainkan, beberapa peserta akan mulai berlaga di depan seperti gaya pencak silat dan saling menyerang dengan kepala.
Pertandingan Ntumbu ini juga dipimpin dan diawasi oleh Sando yang bertugas sebagai wasit. Dalam tradisi Ntumbu ini, tidak ada yang menang ataupun kalah. Setelah pertandingan berakhir, para peserta juga tidak akan merasa dendam kepada lawannya.
Source : dndsandyra.com
Kontributor : Agus Salim
Editor : Widarta