Lombok, dndsandyra.com – Indonesia merupakan sebuah negara yang terbagi menjadi beberapa pulau-pulau yang terbentang luas di negeri ini. Indonesia juga memiliki berbagai macam keunikan dan perbedaan kultur disetiap daerahnya baik itu dari segi suku, ras, agama, adat, budaya dan tradisi, dimana perbedaan itu akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berinteraksi kepada sesamanya sesuai dengan kultur masyarakatnya masing-masing.
Salah satunya di pulau Lombok Provinsi Nusa Tengga Barat (NTB), yang memiliki kebudayaan yang banyak dan beranekaragam. Dilihat dari kecamatan per kecamatan yang ada di Lombok kebudayaannya juga sudah berbeda, sebagai contoh yaitu kebudayaan pernikahan, acara meninggal, dari segi bahasa dan dialeknya juga sudah berbeda. Lombok juga memiliki beberapa macam bentuk dialek dan bahasa diantaranya dialek selaparang, dialek petung bayan, dialek pujut dan dialek pejanggik.
Selain itu, Lombok juga memiliki kebudaya atau tradisi yang cukup asing untuk didengarkan di telinga masyarakat umum, sebagai contoh kebudayaan atau tradisi bau nyale, peresean. Bahkan ada tradisi yang unik, kendaraan dilarang masuk pulau dan yang diperbolehkan hanyalah sepeda, andong yang disebut sikar dan cidomo kalau di Lombok, tradisi ini ada di pulau 3 Gili yaitu (Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan) atau yang lebih dikenal dengan disebutan 3 Island In Lombok, dan masih banyak lagi tradisi unik lainnya.
Menilik salah satu daerah di kecamatan Bayan Lombok Utara, tepatnya dibagian ujung timur dari Ibukota Lombok Utara yaitu Tanjung. Di daerah Bayan ini adalah sentral dari suku sasak yang sebenarnya yang ada di Lombok, karena masyarakat yang ada disana masih mempercayai dan meyakini tradisi yang dibawa oleh nenek moyang pada zaman dulu, dan masih di lestarikan sampai saat ini. Sebenarnya di Lombok bagian barat dan timur juga masih mempercayai tradisi itu, tetapi tidak sekental yang ada di daerah Bayan tersebut.
Bayan sering disebut daerah tertua di Pulau Lombok, yang juga merupakan pusat berkembangnya budaya yang menyebar ke seluruh pulau Lombok. Seperti kutipan dari naskah lontar kuno “Adat Saking Gumi Bayan” yang berarti “adat masyarakat Lombok berpusat dari Gumi Bayan”.
Bumi atau Gumi Bayan juga sering disebut sebagai Gumi Nina atau bumi perempuan, hal ini bermakna Gumi dengan kasih sayang mencerminkan watak perilaku dan harmonisasi penghuninya dalam membina hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan sang pencipta.
Di daerah Bayan ini juga masih banyak sekali kebudayaan, tradisi dan adat istiadat yang ada yang masih dipertahankan sampai sekarang, salah satunya adalah tradisi yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat yang ada di Bayan yaitu maulid adat dan lebaran adat.
Pada dasarnya, maulid dan lebaran adat yang ada di wilayah Bayan ini berbeda dengan maulid dan lebaran yang di lakukan oleh pemerintah. Masyarakat yang ada di daerah Bayan mempunyai perhitungannya untuk menentukan kapan kegiatan itu akan dilaksanakan, tujuan dari kegiatan maulid dan lebaran adat itu untuk lebih mengerti arti dari bersedekah kepada sesama yang lebih membutuhkan, untuk menambah kesakralannya kegiatan itu juga didampingi dengan pembacaan kitab suci Al-Qur’an, menambahkan aroma wangi-wangian, dan pembacaan mantra-mantra yang dipimpin oleh para kiai-kiai atau pemangku adat yang ada disana.
Dari kesakralan, masyarakat percaya bahwa mereka bisa lebih khusyuk dalam berkomunikasi dengan penciptanya, sehingga harapan dan tujuan yang diinginkan sampai kepada Sang Pencipta.
Sebelum kebudayan dan adat tradisi di derah kita masing-masing hanya tinggal nama, saya berharap sedikit ulasan ini dapat memberikan suatu kontribusi pemikiran, untuk menambah wawasan mengenai kebudayaan, adat istiadat atau tradisi yang kita miliki. Harapannya, keanekaragaman budaya yang kita miliki harus selalu kita jaga dan lestarikan.
Semoga hal ini dapat menginspirasi kita semua dalam memaknai dan mengerti arti dari pentingnya kebudayaan, tradisi dan adat istiadat yang kita miliki, karena tugas kita sebagai warga dan pemuda Indonesia salah satunya adalah dengan menjaga kualitas dan kuantitas kebudayaan yang kita miliki. Agar nantinya generasi muda Indonesia mengerti bahwa kebudayaan yang dimiliki begitu indah dan beranekaragam, sehingga harus kita lestarikan bersama.
Aku bangga menjadi ‘Orang Indonesia’.
Source : dndsandyra.com
Kontributor : Angga Radlisa Samsudin
Editor : DnD