Bandung, dndsandyra.com – Siapapun yang pernah menginjakkan kaki di ibu kota provinsi Jawa Barat ini pasti sudah tidak asing lagi dengan salah satu jalan legendarisnya, Jalan Braga.
Sebuah landmark populer Paris van Java di Bandung, jalan ini memiliki panjang 700 meter dan lebar 100 meter.
Jalan Braga penuh deretan bangunan bersejarah Belanda dan merupakan pusat keramaian sejak zaman kolonial hingga saat ini.
Dilansir dari Portal Informasi Indonesia Jalan Braga merupakan penghubung antara Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika) dan Gedung Kopi Andreas de Wilde.
Oleh karena itu disebut juga jalur Pedatiweg atau Karrenweg yang artinya jalan pedati.
Pedati-pedati tersebut mengangkut kopi hasil dari pemberlakuan cultuurstelsel (Politik Tanam Paksa pemerintah Belanda) pada tahun 1831 hingga 1879.
Kopi, komoditas utama saat itu, harus dikirim ke tempat pengemasan bernama Koffie Pakhuis (gudang kopi).
Sekitar tahun 1882, Pieter Sijthoff, Asisten Residen Bandung, mengubah nama Pedatiweg menjadi Bregaweg.
Kala itu, jalannya sudah diperkeras dengan batu kali dan dipasangi lampu-lampu minyak untuk penerangan.
Saat ini, banyak bangunan peninggalan zaman kolonial yang masih tersisa di kawasan Braga.
Salah satunya Gedung Merdeka yang dibangun pada tahun 1895. Pada masa lalu, gedung tersebut digunakan Societeit Concordia. Gedung tersebut juga digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Tak jauh dari Gedung Merdeka ada gedung Bank N.I. Escompto Mij yang saat ini digunakan untuk Apotek Kimia Farma.
Kawasan ini juga mencakup Gedung Majestic yang dibangun pada tahun 1925 dan dulunya digunakan sebagai bioskop.
Bentuk Gedung Majestic cukup unik seperti kaleng biskuit dan saat ini gedung tersebut digunakan untuk tempat pameran, pertunjukan musik dan pemutaran film.
Saat Anda berjalan menyusuri Jalan Braga, Anda akan melihat banyak seniman menjual lukisan. Para seniman itu berasal dari Jelekong sebuah kampung pelukis di kawasan Baleendah.
Melihat sejarah Jalan Braga, kawasan ini telah berkembang dari jalan culik menjadi ikon wisata Bandung.
Berdasarkan buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto, Braga identik dengan nama jalan culik pada awal abad ke-18.
Sebutan tersebut muncul karena kondisi jalan yang masih tenang. Disekitarnya banyak terdapat pohon-pohon besar sehingga menimbulkan kesan seram.
Jalan Braga juga disebut-sebut asal muasal istilah ‘Kota Kembang’. Pasalnya, banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Jalan Braga untuk melirik gadis-gadis Bandung yang terkenal cantik.
Tidak hanya menjadi jalan protokol, Jalan Braga juga menjadi tempat populer untuk menghabiskan akhir pekan, terutama dengan adanya deretan coffee shop, restoran, hotel, dan toko pakaian.
Namun, daya tarik utama Jalan Braga adalah suasana Belanda tempo dulu yang masih terasa.
Jalan Braga tak hanya cantik dengan bangunan bergaya Eropa di kedua sisinya, tapi juga kondisi trotoarnya lebar serta jalannya pun terbuat dari batu andesit.
Keberadaan lampu jalan dengan tiang klasik, deretan batu bulat dan tempat duduk dan pepohonan semakin menambah kesan terawatt.
Suasana Jalan Braga yang instagrammable menjadikannya tempat populer bagi wisatawan untuk berburu foto.
Source : dndsandyra.com
Kontributor & Editor : Haya Azzura Rassya