Ilustrasi disaster recovery © (Picture by macrovector on https://www.freepik.com/free-vector/rescuer-background-with-accident-safety-symbols-flat-vector-illustration_39927758.htm#fromView=search&page=2&position=0&uuid=d97bec3f-a989-4cc2-8aae-d653072510c9)

Pentingnya Edukasi Pemulihan Sarana dan Prasarana Dalam Manajemen Bencana

Morowali Utara, dndsandyra.com – Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah sabuk api atau yang lebih dikenal dengan istilah “ring of fire”, hal inilah yang  menyebabkan Indonesia sering kali dihadapkan dengan bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan gempa bumi.

Kondisi tersebut pastinya akan menyebabkan kerusakan parah pada sarana dan prasarana (sarpras) vital, seperti jalan raya, jembatan, jaringan listrik, serta fasilitas kesehatan dan pendidikan. Hal ini pastinya akan berdampak pada keberlangsungan hidup masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Dalam penanganan darurat bencana (pasca bencana), pemulihan sarpras vital menjadi sangat krusial dan harus dipriorotaskan untuk meminimalisir dampak secara signifikan, seperti yang diatur dalam Undang-Undang (UU 24) Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah (PP) 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, dan Peraturan BNPB Nomor 3 Tahun 2022 tentang Pemulihan dengan Segera Prasarana dan Sarana Vital.

Pentingnya Edukasi Pemulihan Segera

Sarpras vital merupakan tulang punggung fungsi sosial dan ekonomi. Ketika sarpras vital ini mengalami kerusakan, dampaknya akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat, seperti kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan, mengganggu pendistribusian bantuan, serta menghambat kegiatan perekonomian.

Mengingat pentingnya fungsi tersebut di masyarakat, maka pemulihan sarpras vital merupakan langkah yang harus segera dilakukan saat pasca bencana.

Selain itu, langkah ini juga berperan dalam mengurangi risiko bencana sekunder seperti perbaikan sistem drainase yang rusak untuk mencegah banjir susulan, atau pemulihan jaringan listrik yang cepat untuk mengurangi risiko kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik.

Sebagai upaya dalam mencegah dan mempercepat pemulihan, maka perlu edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai pentingnya manajemen bencana. Beberapa strategi yang bisa dilakukan, seperti pelatihan kesiapsiagaan bencana, simulasi pemulihan, pengembangan konten edukasi, serta dapat bekerjasama dengan institusi pendidikan.

Apa Itu Siklus Manajemen Bencana ?

Menurut UU No. 24 Tahun 2007, Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitas dan rekonstruksi bencana.

Dengan kata lain, manajemen bencana merupakan segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada sebelum, pada saat dan setelah bencana.

  1. Mitigasi
    Mitigasi merupakan tindakan yang dilakukan sebelum bencana terjadi, tahapan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dan dampak potensial dari bencana tersebut.
    Contohnya seperti pembangunan infrastruktur tahan gempa, pembuatan tanggul untuk mencegah banjir, dan penetapan zona larangan pembangunan di daerah rawan bencana.
  2. Kesiapsiagaan
    Kesiapsiagaan merupakan kesiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana, seperti perencanaan darurat, pengembangan sistem peringatan dini, dan pelatihan untuk masyarakat serta petugas tanggap darurat.
    Peran pemerintah, organisasi, maupun masyarakat sangat dibutuhkan pada fase ini.
  3. Tanggap Darurat
    Tanggap darurat dapat diartikan sebagai respons yang dilakukan secara langsung atau segera saat bencana terjadi, untuk menangani dampak yang ditimbulkan akibat bencana.
    Pada fase ini, kegiatan difokuskan pada keselamatan nyawa, pemberian bantuan medis, serta pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan tempat tinggal.
    Fase ini melibatkan berbagai pihak baik pemerintah maupun non-pemerintah, baik itu tim tanggap darurat, seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tim SAR, dan berbagai organisasi kemanusiaan.
  4. Pemulihan
    Fase pemulihan dimulai setelah situasi darurat terkendali. Fase ini difokus pada pemulihan kondisi masyarakat dan infrastruktur yang terdampak bencana.
    Fase ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemulihan jangka pendek mencakup penyediaan kebutuhan dasar yang berkelanjutan (makanan, air bersih), dan pemulihan jangka panjang meliputi rekonstruksi infrastruktur (transportasi, komunikasi, fasilitas umum), rehabilitasi ekonomi, dan pemulihan sosial.

Kesimpulan

Siklus manajemen bencana bukan merupakan suatu siklus yang terpotong antara tiap tahapan bencana. Pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana namun dibutuhkan kolaborasi bersama dengan proporsi berbeda dalam setiap penanganan bencana yang terjadi.

Demikan Pentingnya Edukasi Pemulihan Sarana dan Prasarana Dalam Manajemen Bencana.

Semoga kita semua dapat dijauhkan dari Marabahaya dan Selalu dalam Lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, amin.

Salam Tangguh!

Source : dndsandyra.com
Kontributor : Faisal Tahadju, ST., MSi.*
Editor : DnD

*Penulis merupakan staf Analis Bencana di BPBD Kabupaten Morowali Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *